Laman

Senin, 01 November 2010

GORESAN DALAM PERJALANAN

Dalam lembaran perjalanan ini kami goreskan pena perjuangan yang berarti…Senyum ini selalu kami ukir agar wajah-wajah da’wah itu bersemi kasih sayang. Kami sulam benang-benang pengorbanan untuk sebuah perjalanan yang tak semua orang merasakannya. Kami Ingin merenda benang-benang tersebut kelak menjadi sutera yang memiliki kilau cahaya yang sarat akan makna perjuangan. Kami baru selangkah melangkah menuju cahaya kemenangan itu. Tapi kerikil-kerikil tajam menghadang, menggores luka dalam setiap langkah kami. Diripun Berbalut sendu, menetes kristal bening perlahan dari kelenjar air mata kami ...terisak. Jenuh...itu yang kami rasakan. Lelah itu yang selalu mendera, keluh kesah...itupun selalu menyelimuti. Apakah ini pertanda iman kami terlampau futur?atau karena kami selalu melupakan Engkau dalam setiap aktivitas pejalanan kami? Langkah ini memang masih tertegak dalam jalan mulia ini, mata ini masih tajam mengamati aktivitas mendamba berkah, telinga ini masih lekat mendengar masalah-masalah umah, jasad inipun hadirnya selalu nihil. Tapi bagaimana dengan hati?Ehm, hati ini masih belum bisa terpaut dalam jalan ini, semapat ia terpaut tapi kemudian memaksa terbang lagi...entah kemana.
Ya Robb, kami memang bukan siapa-siapa dan kami juga bukan apa-apa. Kami bukan Nabi Rasul dan kami juga bukan malaikat. Kami hanya manusia hina yang tiada bisa hidup tanpa hembusan nafas dariMU, tanpa penjagaan dariMU dan tanpa cintaMU. Kami ingin menjadi sebagian itu, sebagian yang Kau pilih untuk menegakkan jalan ini. Ya Robb, kami sadar kami sering terlena padahal Engkau selalu memberi kesempatan kepada kami untuk kembali pada jalan yang lurus...ya, nyawa ini masih ada dalam jasad kami. Kami juga sadar, kami sering mengeruhkan jernihnya keikhlasan, jarang kami merengguk kenikamatan itu. Nikmat keikhlasan yang hanya Engkau titiskan pada hamba-hamba yang Engkau kasihi. Ya Robb, kini kami datang dengan membawa beban-beban itu, beban masalah dalam perjalanan ini yang selalu menyesakan dada kami. Kami ingin berbagi deengan pejuang yang lain tapi mereka tak begitu peka dengan beban masalah yang kami alami.
Hati kami selalu menjerit tapi mulut kami memaksa terbungkam. Lelah dengan ini semua. Kami adalah sebuah jama’ah tapi ukhuwah itu gersang, hanya teori jauh dari aplikasi. Tiada pupuk kasih sayang dan mata air cinta yang datang menyejukan hati kami, melerai kegelisahan yang sekian lama mendera dan menyelesaikan masalah umah yang semakin bertumpuk dan bertumpuk. Spontan kami ingin berteriak...” Saudaraku, dimana kalian? Kami butuh kalian, Kami butuh perhatian kalian. Lirih...terbata lisan berucap...Dimana ukhuwah yang kau janjikan buat kami? Dimana...Dimana, saudaraku?....hening. Hanya butiran kristal bening yang mengalir deras. Mewakili rasa rindu kami pada ukhuwah dan keikhlasan dalam sebuah perjalanan.

Tuhan betapa Aku malu
Atas semua yang Kau beri
Padahal diriku terlalu sering membuatMu kecewa
Entah mungkin karena ku terlena
Sementara Engkau beri,
aku kesempatan berulang kali agar aku kembali
Dalam fitrahku sebagai manusia untuk menghambakanmu
Betapa tak ada apa-apanya aku dihadapanMU

Aku ingin mencintaiMU setulusnya
Sebenar-benar aku cinta
Dalam do’a dalam ucapan dalam setiap langkahku
Aku ingin mendekatiMU selamanya
Sehina apapun diriku
Ku berharap untuk bertemu denganMU, Ya Robbi...

Dari bening hati yang terdalam
Anggi Fatonah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar