Laman

Senin, 01 November 2010

kata itu...

KATA ITU…

Diri terperosok dalam jurang nista
Hanyut dalam lautan penuh dosa
Tiada kata bahagia
Lekat dengan duka

Manik basahpun turut menetes
Mengalir lembut…
Semakin terisak…
Lisanpun tercekat
Tiada kata, Jauh dari kalimat

Diri terus berlari
Mengejar dan menangkap bayang kata itu
Namun, apalah dayaku…
Kata itu terbang bersama hembusan angin
Kata itu terhapus oleh deruan ombak
Kata itu hanyut bersama derasnya aliran air

Lama diri ingin mengucap..
Mengeja kata penuh makna
Dalam hening…
Terbata lisan berucap
“ISYHADU BIANA MUSLIM”
Bulir beningpun berjejalan mengalir
Hingga mata terpejam rapat
Sepi…

Fil Fashli, 7 Rabi’ul awal 1430 H
anggifa/ Biology’07
LENTERA HATI …

Siapa mengira diri yang telah lama dalam kegelapan bisa terlepas dari ikatannya dan menemukan lentera yang terang. Diri tersadar akan semua dosa yang melingkupi dan kegelapan hidup yang menyelimuti. Diri ini bisa berubah dan bermetamorfosis menjadi insan yang sholih. Seperti oase dipadang pasir yang terik...ibarat secercah cahaya yang menerangi kegelapan malam...bagaikan madu ditengah kepahitan kehidupan yang fana...bak salju putih yang lembut, dingin, menembus rusuk.
Tapi itulah hakikat kehidupan yang tak selamanya kita dalam keimanan dan kebahagiaan. Diri diuji dengan berbagai himpitan-himpitan hidup. Terik yang sangat datang mengeringkan oase, anginpun berhembus menerpa dan memadamkan cahaya yang tadinya berpendar...madupun berubah menjadi racun yang menyakitkan dan mematikan jiwa...salju-salju putih itupun mencair, mengalir dan menghilang. Akankah kita terdiam jika kegelapan kembali hadir?
Padahal iman telah tertambat dalam hati. Melalui pencarian panjang yang medannya tak pernah mulus, jalannya berliku, terjal dan terkadang diri akan terperosok dalam lubang kegelapan yang dalam jika diri tidak bisa menjaga lentera itu.
Setelah cahaya itu hadir, ya...cahaya petunjuk, cahaya yang selalu berpendar, cahaya abadi yang tak akan pernah pudar meskipun semua yang bernyawa lenyap dari permukaan. Keangkuhan yang selalu merajai diri dan kesombongan yang selama ini membutakan hati. Semoga cahaya itu mampu melenyapkan keangkuhan dan kesombongan yang kian menyiksa diri.
Ya Robb...aku merindu berjumpa denganMU
Apakah sampai detik ini Engkau masih sudi menatapku...mencintaiku...?
Ya...hanya air mata ini yang bisa ungkapkan rasa cintaku padaMu
Kucuran kasih sayang yang tak hentinya kau siramkan padaku...
tapi kadang aku mengeringkannya dengan keangkuhanku.
Ampuni aku Ya Robb...semoga lentera itu tak meredup, selalu abadi dan tertambat dalam segumpal daging yang bernama hati...
Robbanaghfirlana dzunubana wa israfana fii amrina wa tsabit aqdamana wangsurna ’alal qaumil kafiriin
Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kamiyang berlebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. (QS. Ali Imran : 147)

By Anggi Fatonah
Muslimah Hafidzoh Investasi Masa Depan
Penulis: Mufidah

Secara umum wanita (muslimah) adalah tiang negara dan secara khusus ia merupakan pilar dalam rumah tangga yang merupakan unsur terkecil dalam masyarakat. Bila seorang muslimah baik agamanya, bagus pemahaman dan interaksinya dengan Al-Qur’an, tentulah keluarga dan masyarakatnya juga akan mendapatkan imbas positif. Mereka akan menjadi orang-orang yang dekat, akrab dan selalu bersahabat dengan Al Qur’an.

Salah satu cara termudah bagi kita untuk bisa selalu berinteraksi dengan Al-Quran adalah dengan cara menghafalnya. Sebab dengan menghafal, paling tidak kita dituntut lebih banyak membacanya mulai pertama kali menghafal hingga terus menerus menjaga hafalan. Namun tentu saja aspek pemahaman dan pengamalannya tidak bisa dipisahkan dari aktifitas menghafal Al-Quran.

Menjadi hafizhoh (penghafal Al Qur’an), secara otomatis akan mendapatkan keberkahan dan keuntungan didunia dan diakhirat seolah-olah dia sedang menanam modal (investasi) yang nilainya berlipat-lipat untuknya, keluarganya dan generasinya. Mengapa demikian ? karena dengan menghafal, ia di tuntut untuk lebih banyak membaca dan dengan lebih banyak membaca, ia akan lebih dalam pemahamannya dan pada akhirnya, hatinya akan lebih tersentuh untuk mengamalkannya.

Berikut ini beberapa janji Allah SWT terhadap siapa pun yang menjadikan dirinya sahabat Al Qur’an, pembawa Al Qur’an di dunia dan akhirat.

Di Dunia

Mendapatkan kenikmatan yang tertinggi, karena itu orang lain boleh iri. “Tidak boleh iri kecuali pada 2 hal : orang yang memberi ilmu oleh Allah beberapa Al-Qur’an, lalu ia membacanya sepanjang siang dan malam.”(HR. Bukhori) Ia dikategorikan sebagai yang terbaik dalam generasinya, Hafalan akan membawa ketenangan dan keberkahan sehingga hidupnya terasa indah. “Sesungguhnya orang yang tidak ada dalam dirinya hafalan Al Qur’an ibarat rumah rusak.” (HR Tirmidzi)

Muslimah hafizhoh dapat memberi bekal secara langsung pada anak-anaknya, bahkan sejak dalam kandungannya.

Di Akhirat 
Ia akan mendapat syafaat dari Al Qur’an.

“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai penolong bagi pembacannya” (HR. Muslim). Semakin banyak ia mengambil bagian dalam berinteraksi dengann Al-Qur’an, semakin tinggi derajatnya di surga.

Mendapat mahkota kemuliaan.

Kedua orang tuanya di beri pakaian terbaik yang lebih bagus dari dunia dan seisinnya. Rasul SAW menjelaskan, “Mereka akan di panggil mana orang-orang yang tidak lalai karena mengembala dari membaca kitabku ? Maka berdirilah mereka, lalu dipakaikan pada salah seorang dari mereka mahkota kemuliaan, Jika kedua orang tuannya muslim, maka keduannya di beri pakaian yang lebih bagus dari dunia dan isinnya". (HR. Thobrani).

Demikian keberuntungan dan masa depan hafizhoh di dunia dan di akhirat. Ia bagai orang yang berniaga dan selalu mendapat untung berlipat ganda, tak pernah rugi, inilah yang di gambarkan Allah SWT dalam firmannya QS 35 : 29 - 30, “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan Sholat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan rugi. Agar Allah menyempurnakan mereka pahala Allah menyempurnakan kepada mereka pahala dan menambahkan karunian-Nya, sesungguhnya Dia Maha pengampun lagi Maha Mensyukuri.” wallohu a’lam.
Ternyata Teh Celup Berbahaya

Apakah benar teh celup membahayakan kesehatan? Mengapa demikian? Ternyata penyebabnya lebih pada kemasannya, kantong kertas kecil berserat renggang yang ternyata mengandung chlorine, yang antara lain bisa menyebabkan kemandulan, keterbelakangan mental dan kanker! Untuk dapat lebih memahaminya, kita akan membahas perihal teh celup ini secara garis besar saja.
Di pasaran, ada 3 jenis teh yang biasa dijual; teh celup, teh daun atau teh serbuk seduh, dan teh bubuk instan. Masing-masing jenis teh bisa dipilih sesuai kebutuhan. Sebelum mengkonsumsinya, pastikan Tanggal Kedaluarsanya ! Teh Celup Bubuk teh yang dibungkus sejenis kertas berpori-pori halus yang tahan panas. Bagi Anda penggemar teh, pasti tahu teh celup.
Sangat modern dan praktis. Pastinya Anda sering minum teh karena paham akan manfaat teh bagi tubuh. Misalnya saja, teh merah untuk relaksasi, teh hitam untuk pencernaan, atau teh hijau untuk melangsingkan tubuh. Saat hendak minum teh, apakah Anda terbiasa mencelupkan kantong teh celup berlama-lama? Jika ya, hati-hati. Mungkin Anda senang mencelupkan teh lama-lama karena berpikir semakin lama kantong teh dicelupkan dalam air panas, makin banyak khasiat teh tertinggal dalam minuman teh karena teh semakin pekat.
Asal mula teh celup
Anda minum teh? Teh celup atau teh tubruk? Sudah barang tentu dengan alasan kepraktisan, banyak orang yang lebih memilih teh celup.
Secara tidak sengaja teh celup ditemukan oleh Thomas Sullivan, seorang pedagang teh dan kopi dari New York, dia mengirim sample teh dalam kantong sutra kecil kepada para pelanggannya. Dia menggunakan kantong sutra karena alasan ekonomis, kalau menggunakan kaleng, selain biaya pembuatannya lebih mahal, teh yang dikemas juga harus lebih banyak.
Pada awalnya para pelanggan Thomas bingung dengan kemasan baru ini. Mereka menganggap kemasan ini sama saja dengan teh yang dimasukkan dalam saringan metal, mereka langsung melemparkan begitu saja kemasan tersebut ke dalam air panas. Baru kemudian mereka menyadari bahwa ternyata kemasan tersebut cukup praktis untuk menyeduh teh secara langsung. Mereka menganggap ini lebih praktis karena tidak perlu membersihkan saringan teh atau teko. Selesai diseduh, kemasan berikut tehnya bisa langsung dibuang. Lama-kelamaan permintaan sample teh dalam kemasan makin banyak, dan pada akhirnya Thomas Sullivan menyadari bahwa ini bisa menjadi dagangan yang menguntungkan. Teh celupnya mulai dipasarkan secara komersial pada tahun 1904, dan dengan cepat popularitasnya menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Akan tetapi, disadari pula, kemasan tersebut membawa problem sendiri: Kualitas aroma dan rasa. Daun teh, membutuhkan ruangan untuk mengembang, sehingga bisa mengeluarkan aroma dan rasa yang optimal. Solusinya adalah membuat kemasan lebih besar, dan daun teh yang digunakan ukurannya yang paling kecil. Ukuran ini dikenal dengan nama Fanning dan Dust yang merupakan tingkat terendah dari kualifikasi kualitas teh. Ukuran yang kecil menyebabkan zat tannin lebih cepat keluar, sehingga menimbulkan rasa pahit.
Bagaimanapun, aroma dan rasa terbaik akan keluar dari hasil seduhan loose tea atau teh tubruk. Jadi kalau anda memang ingin meningkatkan apresiasi anda terhadap teh, mulailah beralih ke loose tea. Dari segi kepraktisan, memang lebih repot. Tetapi ritual penyeduhan teh merupakan bagian dari seni teh itu sendiri. Dan jangan lupa untuk tidak membiarkan ampas teh tetap di dalam teko atau cangkir Anda.
Namun seiring perkembangan zaman, kantong teh kemudian berganti, dari sutera ke kertas, inilah yang kemudian menimbulkan masalah.
Teh celup masa sekarang
Teh celup terdiri dari ramuan teh, yang kemudian untuk menambah keharumannya, di Indonesia biasanya dicampur melati, yang kesemuanya dikemas dalam kantong kecil.
Tehnya sendiri tidak berbahaya, yang berbahaya adalah kantong kertas kemasannya. Kantong teh terbuat dari kertas kecil berserat renggang, –seperti sudah disebutkan di depan, pada masa awalnya kantongnya terbuat dari sutera atau nylon– yang diisi dengan daun teh, agar dapat menyeduh teh dengan hemat dan praktis. Daun tehnya tetap berada dalam kantong ketika teh diseduh dengan air panas, membuatnya sangat mudah mengeluarkan dan membuang daun teh yang sudah diseduh itu, menyeduh teh menjadi semakin mudah karena kantung itu diikatkan pada selembar benang dengan label kertas di ujung yang lain. Jadi benang ini juga berfungsi sebagai alat untuk mencelupkan daun teh dan mengangkatnya.
Bahaya Chlorine
Pada umumnya kertas dibuat dari pulp (bubur kertas), yang terbuat dari bahan kayu, bubur ini berwarna coklat tua, untuk membuat serat pulp itu berwarna putih, digunakan sejenis bahan kimia pemutih yang terbuat dari senyawa chlorine yang sangat pekat. Sayang dalam prosesnya, chlorine ini tetap tertinggal dalam produk kertas karena tidak dilakukan penetralan karena biayanya sangat tinggi. Kertas semacam inilah yang kemudian digunakan sebagai kantong teh celup.
Hindari mencelupkan kantong teh terlalu lama, karena Anda tentu berpikir bahwa semakin lama Anda merendam teh celup itu dalam air panas, semakin banyak sari teh yang tertinggal dalam cangkir Anda. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Akan semakin banyak kandungan chlorine di kantong teh celup yang larut dalam teh Anda, apa lagi kalau Anda merendamnya lebih dari 3 menit.
Dalam industri kertas, chlorine memang biasa digunakan sebagai bahan insektisida, disinfektan, pengawet, pembersih dan pemutih kertas, yang kemudian digunakan untuk membuat tissue, popok, kain dan sebagainya; juga sumpit kayu sekali pakai, oleh sebab itu di China, sumpit jenis ini dilarang digunakan. Kenapa? Berdasarkan penelitian, diduga ada kaitan antara konsumsi chlorine dalam tubuh dengan kemandulan pria, lahir cacat, keterbelakangan mental serta kanker.
I. Kandungan zat klorin di kantong kertas teh celup
Kandungan zat klorin di kantong kertas teh celup akan larut. Apalagi jika Anda mencelupkan kantong teh lebih dari 3 – 5 menit. Klorin atau chlorine, zat kimia yang lazim digunakan dalam industri kertas. Fungsinya, disinfektan kertas, sehingga kertas bebas dari bakteri pembusuk dan tahan lama. Selain itu, kertas dengan klorin memang tampak lebih bersih. Karena bersifat disinfektan, klorin dalam jumlah besar tentu berbahaya. Tak jauh beda dari racun serangga. Banyak penelitian mencurigai kaitan antara asupan klorin dalam tubuh manusia dengan kemandulan pada pria, bayi lahir cacat, mental terbelakang, dan kanker.
Nah, mulai sekarang, jangan biarkan teh celup Anda tercelup lebih dari 5 menit. Atau, kembali ke cara yang sedikit repot: Gunakan teh bubuk. Minumlah teh, bukan klorin…
II. (Penelitian)
Kebanyakan orang Indonesia (terutama Jawa) kalo minum teh malah sebenarnya minum gula, karena banyakan gulanya daripada tehnya. Lebih tepatnya, minum gula campur teh, campur susu, atau kopi .. sekarang ketambahan minum gula campur teh & chlorine lagi. Tapi saya percaya, yg terakhir ini masih lebih banyak sari teh-nya daripada chlorine-nya.
Berarti ada chlorine-nya ya di kertas teh celup …
Untuk memuaskan keingintahuan, saya coba lakukan test hari ini, di lab saya. Hasilnya : Untuk sample 100 ml (seukuran segelas cangkir teh), dengan air aqua diambil dari dispenser dengan panas (70 – 80oC), kemudian teh celup merk “X” diambil tehnya, kertas pembungkus dicelupkan ke sample selama 10 menit, untuk beberapa sample didapat hasil berkisar 0.04 – 1.10 mg/L. Air Aqua asalnya sendiri chlorine content-nya tidak terdeteksi.
Chlorine tergolong powerful oxidizing agent, bersifat toxic dan corrosive.
Biasa digunakan dalam proses bleaching (contoh di pabrik kertas), manufacturing syntetic rubber & plastic, serta desinfektan untuk pemurnian air.
Di Permenkes (no …), utk persyaratan kualitas air minum, setahu saya, tidak disebutkan nilai batas keberadaan chlorine (apa berarti tidak diperbolehkan?). Tapi untuk Kualitas Air Kolam Renang, Permenkes masih diperbolehkan dengan batasan antara 0.2 – 0.5 mg/L (tolong dikoreksi kalo saya keliru). Demikian juga WHO, setahu saya batasannya max. 0.5 mg/L.
Kadar klorin di dalam kemasan teh yang cuma 200 ml, bisa jadi lebih tinggi dibandingkan dengan klorin dipengolahan PDAM yang sekian ribu kubik karena konsentras nya merupakan fungsi dari volume mG/Liter. Jadi jangan dilihat volume total, tapi dalam tiap liternya.”
III. Tanggapan LSM
Makanya industri ini mendapat serangan hebat dari LSM lingkungan karena hal di atas, di samping juga masalah kehutanan. Kertas terbuat dari bubur pulp yang berwarna coklat tua kehitaman. Agar serat berwarna putih, diperlukan sejenis bahan pengelantang (sejenis rinso/baycline) senyawa chlorine yang kekuatan sangat keras sekali!
Kertas sama dengan kain, karena memiliki serat. Kalau Anda mau uji benar apa tidaknya, silahkan coba nanti malam bawa tissue ke Studio East, lihatlah tissue akan mengeluarkan cahaya saat kena sinar ultraviolet dari lampu disco!
Berarti masih mengandung chlorine tinggi. Kalau di negara maju, produk ini harus melakukan proses neutralization dgn biaya cukup mahal agar terbebas dari chlorine dan dapet label kesehatan. Tissue atau kertas makanan dari negera maju yang dapat label Depkes-nya tidak bakalan mengeluarkan cahaya tersebut saat kena UV. Kertas rokok sama saja, bahkan ada calsium carbonat agar daya bakarnya sama dengan tembakau dan akan terurai jadi CO saat dibakar. Di Indonesia tidak ada yang kontrol, jadi harap berhati-hati.
Jadi apa jalan keluarnya?
Yang pertama, jangan terlalu lama merendam teh celup dalam air panas, jangan lebih dari 3 menit.
Yang kedua, hindari penggunaan teh celup, sebagai gantinya, kembali seperti dulu, dengan menggunakan teh tubruk, atau teh teko, kalau mau lebih nikmat lagi, lakukan ritual minum teh seperti di China, Korea atau Jepang, ini bisa menenangkan dan meningkatkan rasa hormat kepada orang lain, karena pada intinya, ritual minum teh adalah penghormatan kepada orang yang dilayani, sekaligus memberikan kehormatan kepada orang yang diberi kesempatan melayani, dengan menuangkan teh ke mangkuk rekan di hadapannya.
Lindungi keluarga Anda dari gangguan kesehatan di masa depan. Hindari teh celup atau produk lain yang mengandung chlorine.

Sumber: http://kautsarku.wordpress.com/2009/03/24/ternyata-teh-celup-berbahaya/#more-752
Sikap Muslim Terhadap Perayaan Hari Ibu

5 Februari 08 oleh Abu Umar
Oleh: Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah ditanya tentang hukum perayaan Hari Ibu.
Beliau Menjawab:
Sesungguhnya setiap perayaan yang menyelisihi perayaan-perayaan yang disyari’atkan adalah perayaan bid’ah yang tidak dikenal pada masa Salafush Shalih dan terkadang berasal dari kalangan non Islam, sehingga disamping bid’ah terdapat penyerupaan dengan gaya hidup musuh-musuh Allah Subhanahu Wata’ala. Perayaan-perayaan yang disyari’atkan dan dikenal dalam Islam adalah Idul Fithri, Idul Adha, Idul Usbu’ (hari Jum’at) dan tidak dikenal dalam Islam selain ketiga perayaan tersebut.
Setiap pesta perayaan selain ketiga perayaan tersebut (Idul Fitri, Idul Adha, Hari Jum’at -red) maka sia-sia dan batal demi syari’at Allah, berdasarkan sabda Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam (yang artinya), “Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami, sesuatu yang bukan berasal darinya maka tertolak”. Yakni sia-sia dan tidak diterima disisi Allah Subhanahu Wata’ala, dan dalam lafadz yang lain, “Barangsiapa beramal tanpa ada tuntunan dari kami maka tertolak.”
Apabila telah jelas perkaranya maka tidak boleh mengadakan perayaan Hari Ibu seperti dalam pertanyaan di atas, tidak boleh pula menampakkan keceriaan dan kebahagiaan di hari tersebut layaknya perayaan sebuah hari raya seperti pemberian hadiah dan semisalnya. Wajib atas setiap muslim untuk merasa mulia dan bangga dengan agamanya dan mencukupkan diri di atas ketetapan Allah dan Rasul-Nya di dalam agama yang lurus yan telah diridhai Allah Subhanahu Wata’ala untuk hamba-hamba-Nya, maka tidak boleh seorang muslim menambah atau menguranginya.
Dan seyogyanya setiap muslim tidak menjadi pengekor kepada setiap propaganda namun semestinya dia menempa kepribadiannya dengan kandungan syari’at Allah Subhanahu Wata’ala sehingga menjadi contoh dan teladan bukan sebagai pengekor, karena syari’at Allah -wal hamdulillah- sempurna dari berbagai sisinya sebagaimana firman Allah subhanahu Wata’ala (yang artinya), “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam sebagai agama kalian” (Al Maidah:3)
Seorang IBU tidak cukup diperlakukan dengan baik, penuh hormat dalam setahun sekali saja, akan tetapi justru anak-anaknya yang berkewajiban untuk menjaga, memberikan perhatian dan taat kepadanya pada selain maksiat kepada Allah di setiap waktu dan tempat. 

(Majmu’ Fatawa 2/301)
dinukil dari artikel dengan judul
“Fatwa-fatwa Natalan dan Hari-hari Raya Non Muslim”
Sumber: majalah As Salaam
no IV Th II 2006M/1426H
halaman 13-14
(Sumber: www.ghuroba.blogsome.com, semoga ALLAH membalas kebaikan adminnya).
AIR SUSU IBU DAN KEUTAMAANNYA DALAM AL QUR’AN DAN ASSUNAH

Tulisan ini merupakan posting ulang dari tulisan kami yang pernah diposting di tholib.wordpress.com. Kali ini kami posting ulang dengan beberapa revisi dan tambahan berupa fatwa Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rohimahulloh tentang hukum menyusui setelah anak berusia lebih dari dua tahun.
Semoga bisa menambah faidah tentang pentingnya ASI dan keutamaannya sebagai salah satu “Imunisasi Nabawi“…
***
Alloh ‘azza wa jalla berfirman :
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ
“Alloh mewasiatkan kepada kalian tentang anak-anak kalian” [QS. an-Nisa' : 11]
Di antara tanggung jawab pertama orang tua ketika si buah hati lahir adalah memberinya nafkah yang mencukupi kebutuhannya, mulai dari pakaian sampai makanan. Dan al-Hamdulillah, di antara tanda kesempurnaan ciptaan Alloh ta’ala adalah diciptakannya ASI bagi para wanita (bahkan hewan mamalia betina) yang telah melahirkan sebagai makanan bagi anaknya. Dan menurut penelitian para Dokter sekarang ini bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, bahkan bagi bayi yang lahir premature.
Dan Kolostrum (ASI yang keluar di awal-awal setelah melahirkan, berwarna kekuning-kuningan) menurut beberapa literatur merupakan “imunisasi alami” bagi bayi atau sebagai obat yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi.
Dan juga terdapat dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah tentang ASI dan menyusui ini, sebagiannya akan kami bawakan berikut ini.
***
PERINTAH BAGI PARA IBU UNTUK MENYUSUI ANAKNYA
Alloh ‘azza wa jalla berfirman :
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آَتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh : 233]
Lafadz ayat : [وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنّ...َ], bentuknya adalah khobar (pengabaran) tapi bermakna perintah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mandzur dalam Lisanul Arob (8/125), as-Sa’di dalam tafsirnya (hal. 103), dll.
Berkata al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya (1/633) : “Ini merupakan petunjuk dari Alloh ta’ala kepada para ibu agar mereka menyusui anak-anaknya dengan penyusuan yang sempurna yaitu 2 tahun, maka tidak dianggap sebagai ‘menyusu’ jika lebih dari itu. Oleh karena itu Alloh berfirman : [لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ] “yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan“, dan kebanyakan para imam berpendapat bahwa persusuan tidaklah menjadikan mahrom kecuali jika usia yang disusui masih di bawah 2 tahun, sehingga jika seorang anak menyusu sedangkan umurnya sudah lebih dari 2 tahun maka hal itu tidak menjadikannya mahrom.” –selesai nukilan dari Ibnu Katsir-
***
PEMBERIAN ASI SECARA SEMPURNA SAMPAI DISAPIH MERUPAKAN JASA KEDUA ORANG TUA
Alloh ta’ala berfirman :
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, danmenyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.“ [QS Luqman : 14]
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Wahai Robb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” [QS al-Ahqof : 15]
Faidah :
Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya (7/280): “Dan ‘Ali rodhiyallohu anhu telah berdalil dengan ayat ini bersama ayat dalam surat Luqman :
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
“…dan menyapihnya dalam dua tahun…” [QS luqman : 14]
Dan juga firman Alloh :
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan” [QS al-Baqoroh : 233]
Bahwa lama kehamilan minimal adalah 6 bulan, dan ini adalah istimbath yang kuat dan shohih. Dan ‘Utsman dan sekelompok shohabat menyepakati pendapatnya tersebut, radhiyallohu anhum. –selesai nukilan dari Ibnu Katsir-
Dan al-Hafidz Ibnu Katsir juga membawakan tafsir ayat ini dari Ibnu ‘Abbasrodhiyallohu anhuma dari riwayat Ibnu Abi Hatim. Beliau berkata (7/280): Berkata Ibnu Abi Hatim:
Haddatsana Ayahku (Abu Hatim, pent), Haddatsana Farwah bin Abil Maghro’, haddatsana Ali bin Mishar, dari Dawud bin Abi hind, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata : “Jika seorang wanita melahirkan pada usia kehamilan 9 bulan, maka cukup bagi anaknya menyusu selama 21 bulan. Jika ia melahirkan pada usia kehamilan 7 bulan, maka cukup bagi anaknya menyusu selama 23 bulan. Dan jika ia melahirkan pada usia kehamilan 6 bulan, maka 2 tahun penuh. Karena Alloh ta’alaberfirman :
وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا
“Dan mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” [QS. Al-Ahqof : 15] –selesai nukilan dari Ibnu Katsir-
***
DIBOLEHKANNYA MENCARI IBU SUSUAN UNTUK MEMBERIKAN ASI KEPADA BAYI
وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آَتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh : 233]
أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ وَلَا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ وَإِنْ كُنَّ أُولَاتِ حَمْلٍ فَأَنْفِقُوا عَلَيْهِنَّ حَتَّى يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ فَإِنْ أَرْضَعْنَ لَكُمْ فَآَتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ وَأْتَمِرُوا بَيْنَكُمْ بِمَعْرُوفٍ وَإِنْ تَعَاسَرْتُمْ فَسَتُرْضِعُ لَهُ أُخْرَى
“Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah dicerai) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.“[QS ath-Tholaq : 6]
Berkata al-Hafidz Ibnu Katsir (8/153) :
أي: وإن اختلف الرجل والمرأة، فطلبت المرأة أجرة الرضاع كثيرًا ولم يجبها الرجل إلى ذلك، أو بذل الرجل قليلا ولم توافقه عليه، فليسترضع له غيرها فلو رضيت الأم بما استؤجرت عليه الأجنبية فهي أحق بولدها.
“Yakni : jika seorang laki-laki berselisih dengan seorang wanita (istri yang dicerai yang sudah melahirkan bayi, pent), lalu wanita itu meminta upah penyusuan yang banyak dan laki-laki itu tidak setuju dengan itu, atau laki-laki tersebut cuma mau mengeluarkan sedikit upah dan wanita tersebut tidak setuju dengannya, maka hendaknya laki-laki tersebut mencari wanita lain yang mau menyusui bayinya selain wanita tadi. Seandainya ibu bayi tersebut telah ridho (untuk menyusui anaknya) dengan besar upah yang diberikan kepada wanita lain itu, maka ia lebih berhak terhadap anaknya.”
Dan di sini tidak disebut ataupun disindir sama sekali tentang susu-susu lain selain ASI jika ibu bayi tersebut tidak bisa menyusuinya, akan tetapi yang disebutkan adalah ASI dari ibu susu sebagai pengganti ASI ibu bayi tersebut. Ini menandakan ASI adalah makanan terbaik bagi bayi.
Dan ayat-ayat di atas juga merupakan dalil tentang bolehnya ibu susu mengambil upah atas persusuannya.
***
KISAH NABI MUSA
وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara perempuan Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.“[QS al-Qoshosh : 12-13]
***
FAIDAH DARI KISAH WANITA AL-GHOMIDIYYAH
Dalam kisah wanita al-Ghomidiyyah yang mengaku berzina dan minta dirajam terdapat faidah tentang pentingnya menyusui bagi anak. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menunda hukuman rajamnya sampai ia melahirkan dan menyapih anaknya. Kami nukilkan kisahnya secara ringkas dari hadits Buroidah rodhiyallohu anhu:
فَجَاءَتْ الْغَامِدِيَّةُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ زَنَيْتُ فَطَهِّرْنِي وَإِنَّهُ رَدَّهَا فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ تَرُدُّنِي لَعَلَّكَ أَنْ تَرُدَّنِي كَمَا رَدَدْتَ مَاعِزًا فَوَاللَّهِ إِنِّي لَحُبْلَى قَالَ إِمَّا لَا فَاذْهَبِي حَتَّى تَلِدِي فَلَمَّا وَلَدَتْ أَتَتْهُ بِالصَّبِيِّ فِي خِرْقَةٍ قَالَتْ هَذَا قَدْ وَلَدْتُهُ قَالَ اذْهَبِي فَأَرْضِعِيهِ حَتَّى تَفْطِمِيهِ فَلَمَّا فَطَمَتْهُ أَتَتْهُ بِالصَّبِيِّ فِي يَدِهِ كِسْرَةُ خُبْزٍ فَقَالَتْ هَذَا يَا نَبِيَّ اللَّهِ قَدْ فَطَمْتُهُ وَقَدْ أَكَلَ الطَّعَامَ فَدُفِعَ الصَّبِيُّ إِلَى رَجُلٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَحُفِرَ لَهَا إِلَى صَدْرِهَا وَأَمَرَ النَّاسَ فَرَجَمُوهَا
“Lalu datang seorang wanita al-Ghomidiyyah, ia berkata : “wahai Rosululloh, aku telah berzina, maka sucikanlah aku!” Dan Rosululloh menolaknya. Ketika keesokan harinya, wanita itu berkata : “Wahai Rosululloh, mengapa engkau menolakku? Mungkin engkau menolakku sebagaimana engkau telah menolak Ma’iz, maka demi Alloh aku ini hamil!” Rosululloh berkata : “Tidak, pergilah sampai engkau melahirkan.” Ketika ia sudah melahirkan, ia mendatangi Rosululloh dengan membawa bayinya pada sebuah kain, ia berkata : “Ini aku sudah melahirkan.” Rosululloh berkata : “Pergilah dan susuilah ia sampai engkau menyapihnya!” Ketika ia telah menyapihnya, ia mendatangi Rosululloh dengan bayinya yang membawa remukan roti di tangannya, maka ia berkata : “Ini wahai Nabi Alloh, aku sudah menyapihnya dan ia sudah makan makanan.” Maka anak itu diserahkan kepada seseorang dari kaum muslimin, kemudian beliau memerintahkan untuk merajamnya, maka digalikan untuknya lubang sedalam dadanya lalu beliau memerintahkan orang-orang, kemudian mereka merajamnya.”
[HR. Muslim no. 1695, Abu Dawud no. 4442, Ahmad no. 22999, Ibnu Abi Syaibah no. 28809, dll dari jalan Abdulloh bin Buroidah, dari Buroidah]
Dalam riwayat lain Rosululloh berkata :
إِذًا لَا نَرْجُمُهَا وَنَدَعُ وَلَدَهَا صَغِيرًا لَيْسَ لَهُ مَنْ يُرْضِعُهُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ إِلَيَّ رَضَاعُهُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ قَالَ فَرَجَمَهَا
“Kalau begitu kita tidak bisa merajamnya sedangkan kita biarkan anaknya yang masih kecil tanpa ada yang menyusuinya.” Lalu bangkit seorang dari Anshor, ia berkata : “aku yang akan menanggung persusuannya wahai Nabi Alloh.” Buroidah berkata : lalu wanita itu dirajam.
[HR. Muslim no. 1695 dari jalan Sulaiman bin Buroidah, dari Buroidah]
Al-Imam an-Nawawi berkata dalam Syarh Muslim (11/202) : “Dan Ketahuilah! Bahwa madzhab asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq, dan yang masyhur dari madzhab Malik : bahwa seorang wanita boleh tidak dirajam sampai didapatkan orang lain yang menyusui bayinya, dan jika tidak didapatkan maka wanita itu sendiri yang menyusuinya sampai disapih, baru kemudian dirajam.”
Seandainya menyusui bayi dengan ASI adalah perkara yang sepele atau tidak penting bagi bayi tersebut, tentu Rosulullohshollallohu alaihi wa sallam tidak akan menunda hukum rajam tersebut.
***
PERSUSUAN MENJADIKAN MAHROM
Dalam hadits ‘Aisyah :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ عِنْدَهَا وَأَنَّهَا سَمِعَتْ صَوْتَ رَجُلٍ يَسْتَأْذِنُ فِي بَيْتِ حَفْصَةَ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا رَجُلٌ يَسْتَأْذِنُ فِي بَيْتِكَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرَاهُ فُلَانًا لِعَمِّ حَفْصَةَ مِنْ الرَّضَاعَةِ قَالَتْ عَائِشَةُ لَوْ كَانَ فُلَانٌ حَيًّا لِعَمِّهَا مِنْ الرَّضَاعَةِ دَخَلَ عَلَيَّ فَقَالَ نَعَمْ الرَّضَاعَةُ تُحَرِّمُ مَا تُحَرِّمُ الْوِلَادَةُ
Ketika Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam berada di rumahnya, ia (Aisyah) mendengar suara laki-laki minta izin (untuk masuk) di rumah Hafshoh. Aisyah berkata : lalu aku katakan : “wahai Rosululloh, laki-laki ini minta izin di rumahmu” Nabi shollallohu alaihi wa sallam berkata : “aku melihat ia adalah si Fulan, paman susunya Hafshoh” Aisyah berkata : “seandainya si Fulan masih hidup (paman susunya Aisyah) ia boleh masuk menemuiku?” Rosululloh berkata : “ya, persusuan menjadikan mahrom sebagaimana seseorang menjadi mahrom karena sebab kelahiran.”
[HR. al-Bukhori no. 2503, 2938 & 4811, Muslim no. 1444, dll]
***
ASI MENUMBUHKAN TULANG DAN DAGING
Ibnu Mas’ud rodhiyallohu anhu berkata :
لارضاع إلا ما شد العظم وأنبت اللحم
“Tidaklah dikatakan persusuan kecuali apa-apa yang menguatkan tulang dan menumbuhkan daging.”
[HR. Abu Dawud no. 2059, dishohihkan al-Albani (yakni secara mauquf dengan syawahid-nya pada riwayat Ahmad, ad-Daruquthni dan al-Baihaqi)]
***
ASALNYA WANITA ADALAH DI RUMAH
Allah berfirman :
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Tetaplah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian berhias sebagaimana orang-orang jahiliyyah dahulu berhias” [QS. al-Ahzab : 33]
Salah satu hikmah dari perintah ini adalah agar mereka dapat menyusui anak-anaknya dengan sempurna. Berbeda dengan para wanita karir yang sibuk bekerja di luar rumah, sehingga kebanyakan anak-anak mereka menyusu dengan susu formula.
Dari Ibnu Umar rodhiyallohu anhuma, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallambersabda :
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Ketahuilah! Setiap dari kalian adalah orang yang diberi amanah, maka setiap kalian akan ditanya tentang amanahnya. Seorang amir (pemimpin suatu negri, pent) yang memimpin manusia adalah orang yang diberi amanah, dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan seorang laki-laki adalah orang yang diberi amanah terhadap keluarganya, dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan seorang wanita adalah orang yang diberi amanah terhadap rumah dan anak suaminya, dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan seorang budak adalah orang yang diberi amanah terhadap harta majikannya, dan ia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah! Setiap dari kalian adalah orang yang diberi amanah, maka setiap kalian akan ditanya tentang amanahnya.” [HR. al-Bukhori no. 2416, Muslim no. 1829, dll]
Kata [رَاعٍ] dalam hadits di atas biasanya diterjemahkan “pemimpin”, akan tetapi kami terjemahkan dengan “orang yang diberi amanah” karena arti [رَاعٍ] dalam hadits ini adalah [حافِظٌ مُؤْتَمَنٌ] / “penjaga yang diberi amanah“, sebagaimana dijelaskan dalam an-Nihayah fi Ghoribil Atsar (2/581) dan Lisanul Arob (14/325).
***
IBROHIM PUN MENYEMPURNAKAN PERSUSUANNYA DI SURGA
Ibrohim di sini adalah anak Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam dari Mariyyah al-Qibthiyyah yang meninggal ketika masih bayi.
Dari al-Barro’ rodhiyallohu anhu:
لَمَّا مَاتَ إِبْرَاهِيم قَالَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ لَهُ مُرْضِعًا فِي الْجَنَّة
Ketika Ibrohim meninggal, Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda : “Ia memiliki ibu susu di surga.”
[HR. al-Bukhori no. 1316, 3082 & 5842, dll]
Dalam lafadz lainnya Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ لَهُ مُرْضِعًا يُتِمُّ رَضَاعَهُ فِيْ الْجَنَّةِ
“Ia memiliki ibu susu yang menyempurnakan persusuannya di surga.”
[HR. Ahmad no. 18647 & 18727]
Ibnu Hajar dalam al-Fath (10/579) berkata :
لِأَنَّهُ لَمَّا مَاتَ كَانَ اِبْن سِتَّة عَشَرَ شَهْرًا أَوْ ثَمَانِيَة عَشَرَ شَهْرًا عَلَى اِخْتِلَاف الرِّوَايَتَيْنِ ، وَقِيلَ إِنَّمَا عَاشَ سَبْعِينَ يَوْمًا
“…karena ia (Ibrohim) ketika meninggal adalah pada usia 16 bulan atau 18 bulan dengan adanya khilaf antara dua riwayat, dan dikatakan bahwa ia hanya hidup selama 70 hari.”
Akan tetapi, kami belum menemukan pendapat para ‘ulama tentang masalah apakah menyempurnakan persusuan di surga ini khusus bagi Ibrohim saja ataukah juga berlaku bagi bayi-bayi lainnya yang meninggal sebelum disapih? Wallohu A’lam.
***
RUKHSHOH BAGI IBU YANG MENYUSUI UNTUK MENINGGALKAN PUASA
Terdapat rukhshoh (keringanan) dalam syari’at bagi para ibu yang sedang menyusui untuk meninggalkan puasa Romadhon dengan membayar fidyah sebagai gantinya (dan masalah mengganti puasa ini ada khilaf dan bukan sekarang waktu untuk membahasnya). Hal ini disebabkan adanya masyaqqoh (kesulitan) untuk menyusui sambil berpuasa, dimana ibu menyusui butuh untuk minum dan makan yang mencukupi agar dirinya tetap kuat menyusui dan juga agar produksi ASI tetap lancar. Hal ini juga menunjukkan pentingnya menyusui anak dengan ASI. Karena seandainya tidak penting, bisa saja syari’at menentukan ibu menyusui tetap wajib berpuasa dan bayinya diberi minum dari susu-susu lain seperti susu sapi, dll. Sebagaimana dalam sebuah Mandhumah (syair):
الدين جاء لسعادة البشر **** ولانتفاء الشر عنهم والضرر
Ad-Diin datang untuk kemashlahatan manusia
………. Dan untuk menolak keburukan dan madhorot dari mereka
Dari Anas bin Malik al-Ka’bi rodhiyallohu anhu, ia berkata :
أَغَارَتْ عَلَيْنَا خَيْلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدْتُهُ يَتَغَدَّى فَقَالَ ادْنُ فَكُلْ فَقُلْتُ إِنِّي صَائِمٌ فَقَالَ ادْنُ أُحَدِّثْكَ عَنْ الصَّوْمِ أَوْ الصِّيَامِ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَضَعَ عَنْ الْمُسَافِرِ الصَّوْمَ وَشَطْرَ الصَّلَاةِ وَعَنْ الْحَامِلِ أَوْ الْمُرْضِعِ الصَّوْمَ أَوْ الصِّيَامَ وَاللَّهِ لَقَدْ قَالَهُمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِلْتَيْهِمَا أَوْ إِحْدَاهُمَا فَيَا لَهْفَ نَفْسِي أَنْ لَا أَكُونَ طَعِمْتُ مِنْ طَعَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kuda Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam lari kepada kami, lalu aku datangi Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam, aku mendapatinya sedang makan pagi, beliau berkata : “Mendekat dan makanlah!” Aku katakan : “aku sedang puasa”, lalu beliau berkata : “mendekatlah, aku akan mengabarkan kepadamu tentang puasa, sesungguhnya Alloh ta’ala telah menggugurkan puasa dan setengah sholat bagi musafir, dan juga puasa bagi wanita hamil atau menyusui.” (Anas berkata) Demi Alloh! beliau telah mengucapkan keduanya atau salah satunya, aduhai sesalnya diriku tidak makan makanannya Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam.
[HR. at-Tirmidzi no. 715, Abu Dawud no. 2408, an-Nasa'i no. 2276, dll. Dishohihkan al-Albani dalam Shohih Abi Dawud no. 2107]
***
MENYUSUI SETELAH ANAK BERUSIA LEBIH DARI 2 TAHUN
Menyusui yang sempurna adalah sampai anak berusia 2 tahun sebagaimana dalam al-Baqoroh ayat 233, atau 30 bulan sejak masa kehamilan sebagaimana dalam al-Ahqof ayat 15, dan inilah yang utama.
Al-Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf-nya meriwayatkan perkataan seorang tabi’in:
حدثنا بن مهدي وأبو أسامة عن سفيان عن الأعمش عن إبراهيم أن علقمة مر بامرأة وهي ترضع صبيا لها بعد الحولين فقال لا ترضعيه بعد ذلك
Haddatsana Ibnu Mahdi dan Abu Usamah, dari Sufyan, dari al-A’masy, dari Ibrohim, bahwa Alqomah berjalan melewati seorang wanita yang sedang menyusui bayinya setelah 2 tahun, maka ia berkata: “Jangan kamu susui ia setelah itu”. [Mushonnaf Ibni Abi Syaibah no. 17060]
Alqomah di sini adalah Alqomah bin Qois an-Nakho’i, salah seorang murid senior Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu anhu.
Perkataan beliau ini bukanlah pengharaman tapi merupakan nasihat agar tidak menyusui lebih dari 2 tahun, karena itu yang lebih utama.
Adapun jika menyusui lebih dari itu maka boleh karena tidak ada dalil yang melarang, sebagaimana dalam difatwakan oleh syaikh Muqbil dalam kitab Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah lil Imam al-Wadi’iy rohimahullohu ta’ala halaman 238, berikut ini terjemahannya:
Pertanyaan :
Bolehkah bagi wanita menyusui anaknya setelah lebih dari 2 tahun?
Jawaban :
Aku tidak mengetahui larangan dalam hal ini. Adapun firman Alloh ta’ala :
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” [QS. Al-Baqoroh : 233]
Maka ini kebanyakannya (orang-orang dalam menyapih bayinya, pent) dan inilah yang utama. Akan tetapi jika seorang bayi tersebut tidak mau berhenti dan ingin menambah dalam menyusu satu bulan, dua bulan atau tiga bulan, maka aku tidak mengetahui adanya larangan.
Wallohul musta’an.

TIADA BERBEKAS…

Ketika sujud ini tak lagi bermakna
Ketika sholat ini hanya yang terlihat kasat mata
Ketika niatan ini hanya sekedarnya
Tanpa penghayatan…
Jauh dari kekhusyu’an…
Dan begitu dekat dengan kelalaian.

Apakah ini irama sebuah ibadah ?
Apakah ini syahdunya arti ketundukan ?

Ehm, Irama yang bukan sebenarnya
Yang isyaratnya hanya kebohongan belaka
Itu kiasan, fana, dan semu…
Irama itu landai, rata dan sulit menggapai puncak
Irama itu perih dan menyesakkan
Syahdunya tiada pernah terhembus
Khusyu’nya tiada hadir membius

Tiada menghadirkan ketenangan
Tiada datang temaram yang menghapus kegelapan
Beku…tanpa kehangatan
Kaku…tiada kebahagiaan
Agggh…Apa dirimu ingin irama seperti itu???
Terlalu….keras hatimu


28 Rabi’ul Awal 1430 H
Dari ruang yang penuh sesak…fil fashli
anggi fatonah
ENGKAULAH PRAJURIT ITU…

Jalan ini jalan penyeru…
Tiada lekang merasakan empedu
Selalu terkepung dengan pagar benalu
Terjebak diantara jurang dan peluru

Ingin mencoba lari
Hati merengek menghadangi
Mata ingin terpejam…pergi
Lisanpun ikut menimpali
Apakah kau ingin jadi pecundang???
Yang selalu sembunyi melindung jasadi
Seakan rusuh diluar bukan kewajiban diri
Hanya terdiam…menyiksa hati

Bangkitlah…!!!
Agungkan asma RobbMu
Segera kibarkan bendera kemenangan itu
Engkaulah prajurit itu…
Dirimulah pejuang itu…
Penerus mata rantai penegak risalah
Panglima jundi-jundi dakwah

Tiada kata berhenti
Tiada kata sendiri ataupun sepi…


12 Rabi’ul Tsani 1430 H
by anggiefa

SYAIR ku..(.2)

MENUNGGU BELAH

Dalam keheningan…
Hatiku merindu kebersamaan
Mereplay sejuta kenangan
Terbius diri mengolah pikir
Agar kedamaian itu hadir
Tapi tak bisa…
Jeruji jarak selalu datang mengusir

Agghh…duri ini selalu menusuk
Diri berusaha menumpulkannya
Tapi ia meruncing kembali
Hamba-hamba yang penuh warna
Warna-warni pada libasun mereka
Jarak perbedaan begitu nyata
Jauh dari bersama
Lekat dengan mencela

Kenapa ini harus terjadi???
Membuat lisan makin tercekat
Menjadikan hati makin tersayat
Mencipta langkah jadi melambat

Mengapa pedang itu ingin menebas saudara sendiri?
Kenapa mereka menebas yang ada dalam satu shaf?
Sementara lalai dengan yang diluar
Apa buta penglihatannya?
Sudah tulikah pendengarannya?
Atau… ikatan ukhuwah sudah lari dari hatinya?

Siapa yang mereka tuding???
Ketika kini ikatan itu retak…
Semakin merapuh…
Menunggu belah.


13 Rabi’ul Tsani 1430 H
Fil Baiti Jannati…anggiefa

SYAIR ku...

MERATAP DALAM KESUNYIAN

Dalam gelap kucari cahyaMU
Saat gulita ku susuri lorong TaubatMU
Mengais hamparan ampunanMu
Akupun luruh dipembaringan
Berselimutkan segenap penyesalan
Kala dingin malam itu datang menyergap
Lisanku kelu tiada berucap
Lidahku tercekat…
Hanya bulir bening ini yang menetes tiada henti
Aku malu, Aku takut, Aku khawatir…Aku…
Aghhgh…
Apakah penyesalanku ini akan bermakna?
Apakah dosa – dosaku akan terampuni?
Meratapi dalam kesunyian, Mengakui dalam kesendirian
Hanya Dia yang bisa mendengar suara hatiku
Kesakitan itu mencapai puncak
Merenggut kekuatanku, lunglai pun menjelma disekujur tubuhku
Akupun berbisik lirih dengan kekuatan yang tersisa
“Asyhadu ala ilaha ilallah wa asyhadu ana muhammada rasulullah”
Hening…

Anggi fatonah
GORESAN DALAM PERJALANAN

Dalam lembaran perjalanan ini kami goreskan pena perjuangan yang berarti…Senyum ini selalu kami ukir agar wajah-wajah da’wah itu bersemi kasih sayang. Kami sulam benang-benang pengorbanan untuk sebuah perjalanan yang tak semua orang merasakannya. Kami Ingin merenda benang-benang tersebut kelak menjadi sutera yang memiliki kilau cahaya yang sarat akan makna perjuangan. Kami baru selangkah melangkah menuju cahaya kemenangan itu. Tapi kerikil-kerikil tajam menghadang, menggores luka dalam setiap langkah kami. Diripun Berbalut sendu, menetes kristal bening perlahan dari kelenjar air mata kami ...terisak. Jenuh...itu yang kami rasakan. Lelah itu yang selalu mendera, keluh kesah...itupun selalu menyelimuti. Apakah ini pertanda iman kami terlampau futur?atau karena kami selalu melupakan Engkau dalam setiap aktivitas pejalanan kami? Langkah ini memang masih tertegak dalam jalan mulia ini, mata ini masih tajam mengamati aktivitas mendamba berkah, telinga ini masih lekat mendengar masalah-masalah umah, jasad inipun hadirnya selalu nihil. Tapi bagaimana dengan hati?Ehm, hati ini masih belum bisa terpaut dalam jalan ini, semapat ia terpaut tapi kemudian memaksa terbang lagi...entah kemana.
Ya Robb, kami memang bukan siapa-siapa dan kami juga bukan apa-apa. Kami bukan Nabi Rasul dan kami juga bukan malaikat. Kami hanya manusia hina yang tiada bisa hidup tanpa hembusan nafas dariMU, tanpa penjagaan dariMU dan tanpa cintaMU. Kami ingin menjadi sebagian itu, sebagian yang Kau pilih untuk menegakkan jalan ini. Ya Robb, kami sadar kami sering terlena padahal Engkau selalu memberi kesempatan kepada kami untuk kembali pada jalan yang lurus...ya, nyawa ini masih ada dalam jasad kami. Kami juga sadar, kami sering mengeruhkan jernihnya keikhlasan, jarang kami merengguk kenikamatan itu. Nikmat keikhlasan yang hanya Engkau titiskan pada hamba-hamba yang Engkau kasihi. Ya Robb, kini kami datang dengan membawa beban-beban itu, beban masalah dalam perjalanan ini yang selalu menyesakan dada kami. Kami ingin berbagi deengan pejuang yang lain tapi mereka tak begitu peka dengan beban masalah yang kami alami.
Hati kami selalu menjerit tapi mulut kami memaksa terbungkam. Lelah dengan ini semua. Kami adalah sebuah jama’ah tapi ukhuwah itu gersang, hanya teori jauh dari aplikasi. Tiada pupuk kasih sayang dan mata air cinta yang datang menyejukan hati kami, melerai kegelisahan yang sekian lama mendera dan menyelesaikan masalah umah yang semakin bertumpuk dan bertumpuk. Spontan kami ingin berteriak...” Saudaraku, dimana kalian? Kami butuh kalian, Kami butuh perhatian kalian. Lirih...terbata lisan berucap...Dimana ukhuwah yang kau janjikan buat kami? Dimana...Dimana, saudaraku?....hening. Hanya butiran kristal bening yang mengalir deras. Mewakili rasa rindu kami pada ukhuwah dan keikhlasan dalam sebuah perjalanan.

Tuhan betapa Aku malu
Atas semua yang Kau beri
Padahal diriku terlalu sering membuatMu kecewa
Entah mungkin karena ku terlena
Sementara Engkau beri,
aku kesempatan berulang kali agar aku kembali
Dalam fitrahku sebagai manusia untuk menghambakanmu
Betapa tak ada apa-apanya aku dihadapanMU

Aku ingin mencintaiMU setulusnya
Sebenar-benar aku cinta
Dalam do’a dalam ucapan dalam setiap langkahku
Aku ingin mendekatiMU selamanya
Sehina apapun diriku
Ku berharap untuk bertemu denganMU, Ya Robbi...

Dari bening hati yang terdalam
Anggi Fatonah

BUAH KEIMANAN SEORANG MUKMIN

BUAH KEIMANAN SEORANG MUKMIN


Suatu hari seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah SAW katanya,”Wahai Rasulullah, adakah Tuhan itu dekat sehingga kami dapat bermunajat kepadaNya? Atau Tuhan itu jauh sehingga kami perlu menyeru kepadaNya?” Rasul terdiam hingga turunlah jawaban dari Allah berkenaan dengan pertanyaan Badui tadi...
”Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah : 186).
Allah itu dekat dengan kita. Bila kita ingin lebih dekat dengan Allah maka mendekatlah dan berimanlah kepadaNya. Benih - benih keimanan yang telah ada dalam diri kita harus senantiasa kita siram dan kita pupuk. Menyiraminya dengan air kesejukan ibadah dan memupuknya dengan amalan - amalan shaleh. Agar tumbuh dan menghasilkan buah - buah keimanan yang manis dan menentramkan jiwa. Bukan malah kemudian mengotorinya dengan sampah-sampah maksiat dan syahwat atau bahkan menghancurkan benih- benih itu.
Pada hakikatnya, jika keimanan telah tertambat dalam diri seorang hamba. Banyak sekali hikmah yang akan di nikmatinya dan ia akan dapat memetik buah keimanan itu setiap saat. Dia tidak akan ragu dalam melangkah dan akan tegar dalam mengarungi kehidupannya. Sebuah keyakinan yang sangat kuatpun akan tertanam bahwa Alloh akan memberikan pertolongan dengan nikmat dan kasih sayangNya yang berlimpah.
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
(QS. Al Hujurat : 15).
Jangan biarkan buah keimanan itu jatuh (futur), tapi raih dan petiklah buah itu. Simpanlah dalam hati dan rasakan kenikmatan dan kemanisannya. Sebenarnya amat banyak buah keimanan yang bisa kita petik. Inilah beberapa diantara kemanisan dan kenikmatan buah keimanan itu.
Memperoleh ketenangan dan ketentraman
Semua manusia pasti menginginkan sebuah ketenangan dan ketentraman dalam hidup. Di tengah arus permasalahan yang melingkupi, seseorang akan mencari tempat bernaung dan tempat bersandar yang aman. Dan hanya kepada Allahlah kita menyandarkan dan mengadukan segala permasalahan. Orang - orang yang beriman memperoleh ketenangan itu dengan cara mengingat Robbnya (dzikrullah). Ketundukan dan penyerahan diri kepada Yang Maha Esa dengan menyalakan lentera dzikir untuk menguatkan hati merupakan cara yang tepat untuk memperoleh ketenangan dan ketentraman hidup.
”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka akan menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar Ra’d: 28)
Bila asma-Nya selalu lekat dan akrab bahkan sudah tertambat dalam hati maka cahaya cintaNya akan selalu melingkupi kita. Lebih tenang dalam menyelesaikan masalah, lebih tegar dalam menghadapi ujian dan cobaan yang menghadang, hati kitapun akan bergetar bila disebut asma-Nya.

Kebahagiaan yang Tiada Tara
Kebahagiaan abadilah yang dijanjikan Allah pada hamba - hambaNya yang beriman. Bukan kebahagiaan yang hanya terlintas didepan mata. Dan bukan pula kebahagiaan yang hanya fana belaka. Tapi Allah memberikan kebahagiaan yang kekal, kebahagiaan yang abadi, kebahagiaan yang akan menentramkan hati. Kebahagiaan itu adalah kebahagiaan didunia dan akhirat. Maka ketahuilah bahwa kenikmatan syurga yang keindahannya tidak pernah terlihat oleh mata dan tidak pernah terdengar di telinga kita merupakan kebahagiaan yang tiada taranya.
”Orang-orang yang beriman, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar Ra’d: 29)

Sikap Optimis yang menggelora
Seorang mukmin akan selalu optimis dalam menjalani kehidupannya. Seorang mukmin akan melerai rasa pesimis yang menghampirinya dan akan menghadirkan sikap optimis dalam kesehariannya. Kegagalan adalah hiasan akrab bagi orang - orang yang manja, tak mau berusaha, apalagi bekerja, tak punya motivasi dan selalu pesimis. Seharusnya sebuah kegagalan yang kita alami harus menjadi pelajaran dan batu loncatan untuk meraih sukses. Bukan keputusasaan yang hanya akan membuahkan kesia-siaan belaka.
” Katakanlah,” Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar : 53)
Seorang mukmin akan selalu mengambil hikmah dari setiap kegagalan yang dialaminya. Seorang mukmin akan bersikap optimis bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hambaNya yang selalu berikhtiar dan memberikan banyak kebaikan bagi hamba-hambaNya yang beriman.
”Barang siapa mendapatkan hikmah,maka sungguh dia akan beroleh kebaikan yang banyak.” (QS Al Baqarah :269)
Biar susah, sakit dan berat. Tetaplah dalam keimanan dan janganlah berbelok kepada kemaksiatan. Allah ada, Allah melihat. Dan tetaplah optimis bahwa Allah tidak akan menyengsarakan hambaNya yang berikhtiar dan bersabar. Dibalik kesukaran ada kemudahan dan di balik kegagalan ada kesuksesan yang menanti.
Memperoleh petunjuk dari Robbnya
Seseorang yang beriman kepada Allah dan selalu mengerjakan amal shaleh maka Allah akan memberikan hidayah padanya. Cahaya hidayah akan masuk dalam relung hatinya. Hidayah yang memunculkan sebuah kesadaran untuk meninggalkan kemaksiatan yang biasa dia lakukan. Semua itu dia lakukan karena cinta dan takut kepada Robbnya. Petunjuk dari Allah-lah yang akan senantiasa membawanya untuk melakukan kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Sebuah kenikmatan diakhirat yaitu syurga yang dibawahnya mengalir sungai - sungai akan dia peroleh.
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya. Mereka didalam syurga yang penuh kenikmatan, mengalir dibawahnya sungai-sungai.” (QS. Yunus: 9)

Memperoleh barokah dari Allah
”Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(QS. Al A’raf : 96)
Alangkah indahnya bila negeri tercinta kita Indonesia seluruh penduduknya beriman dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Keberkahan pasti akan selalu menyelimuti negeri ini, negeri dengan segala nikmat yang terhampar baik di darat maupun dilautan. Tapi fenomenanya penduduk Indonesia yang mayoritas Islam, kebanyakan dari mereka menjauh dari Allah. Mungkinkah Indonesia akan masuk dalam kategori yang disebutkan dalam ayat diatas dimana Allah akan menimpakan adzab bagi negeri yang subur yang penduduknya berpaling dari Allah. Bukankah Allah telah menimpakan adzab kepada kaum Saba’ yang tiada pernah bersyukur? Kisah kaum Saba’ sudah cukup menjadi pelajaran bagi kita semua (dalam QS. Saba’: 15-16).
Tetap teguhlah dalam keimanan. Genggam erat, tambatkan dalam hati dan jangan pernah lepaskan bagaimanapun keadaannya.”Yakinlah Allah bersama kita.” Wallahu’alam bishowab.

Anggi Fatonah

Keindahan Taqwa yang Menghapus Luka

KEINDAHAN TAQWA YANG MENGHAPUS LUKA

Adakalanya seseorang menangis tatkala ia terluka, bahkan menjerit saat melihat darah yang mengalir dari salah satu anggota badannya, dan beberapa reaksi lain yang dilakukan manusia tatkala ia terluka. Adakah yang tersenyum ketika luka itu ada atau menimpa kita? Apakah luka itu selamanya terasa menyakitkan? Kadang – kadang anggapan bahwa luka itu menyakitkan adalah salah, kadang luka bisa menjadi sebuah kenikmatan yang mengasyikan. Respon senyuman, ketenangan itupun akan melerai luka yang mendera, rasa sakitnyapun akan terhapus secara perlahan dan manisnya akan merasuk mengisi celah – celah kegelisahan yang berganti dengan kegigihan untuk melawan rasa sakit tersebut. Kapankah itu? Yaitu saat orang –orang melihat keindahan. Dalam keasyikan melihat keindahan luka bukanlah apa – apa rasa sakitnyapun tak terasa. Seperti rasa lapar yang telah mendapatkan penawarnya, mirip suatu kerinduan yang telah terobati dengan sebuah pertemuan, seperti orang yang dahaga menemukan oase di padang pasir.
Semuanya takjub dengan keindahan itu, berlomba – lomba untuk mendapatkannya. Tapi setelah kenikmatan atau keindahan itu sirna sifat manusiawipun kembali hadir. Luka yang tadinya tak terasa kini terasa perih dan memedihkan, keindahan yang tadinya mampu membalut luka telah tiada. Entah keindahan itu menghilang atau kita berpaling darinya. Ketika futur itu terus menghantui, syetan terus berorasi, mempengaruhi. Siapakah yang akan tetap kita genggam, keindahankah? Atau luka yang selamanya kita akan merasakan kesakitan? Sayang, keindahan itu sering kita lupakan, bahkan menengok sajapun ogah. Disaat keindahan itu datang, bersama cahaya dan saat itu pula kita mengunci rapat hati kita. Tiada bisa diketuk bahkan enggan untuk diterangi. Dan lebih senang dalam gulita. Apakah keindahan itu?? Banyak orang mendamba hadirnya, menantinya, menunggu kedatangannya tapi enggan menjemputnya. Orang – orang beriman menyebutnya petunjuk Allah atau hidayah Allah.

Ketika keindahan itu hadir…
Dahulu di masa jahiliyah ada seorang tokoh kafir Quraisy bernama Umair bin Wahab. Ia seorang penunggang kuda yang handal. Pada zaman jahiliyah, Umair dijuluki syetan Quraisy. Pada pertempuran Badar, anaknya tertawan sehingga ia bergabung dengan Shafwan bin Umayyah yang menyimpan dendam kepada kaum Muslimin karena kematian ayahnya pada pertempuran itu. Setelah berbincang kesana kemari, Umair bertekad akan membunuh Rasulullah. Ia pun bergegas ke Madinah. Setiba di Madinah, Umar bin Khatab yang melihat kedatangan Umair, segera sigap berjaga – jaga. Umar segera melaporkanya kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “ Wahai Nabi Allah, musuh Allah Umair bin Wahab, datang dengan pedangnya yang siap siaga.” Rasulullah menjawab,” Suruhlah ia menemuiku.”
Setelah melakukan dialog beberapa saat, Allah membukakan hidayah ke dalam hati Umair. Iapun masuk Islam. Maka, Rasulullah bersabda kepada para sahabat, “ Ajarilah saudara kalian ini tentang agama, ajarkanlah Al Qur’an kepadanya, dan lepaskanlah tawanannya.”
Setelah peristiwa itu Umar bin Khatab berkata,” Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, ketika ia datang kepada kita, sungguh seekor babi lebih aku sukai daripada Umair. Tapi hari ini dia lebih aku cintai daripada sebagian anakku.”
Begitulah sebuah prestasi besar yang berbuah hidayah Allah. Luka, dendam, hasrat untuk membunuh terhapus dengan begitu cepat kala hidayah itu datang. Bagaikan mata air yang menghadirkan kesejukan setelah lama merasakan dahaga yang sungguh mencekik. Ya, Kerak dosa terkelupas tergantikan oleh lapisan taubat, hati yang gersangpun tersirami oleh mata air iman.
Ketika kereta taubat itu melaju menyusuri jalanan kehidupan yang penuh dengan tanjakan dan lubang cobaan. pendengaran ini harus disumbat rapat dari bisikan syetan yang terus memaksa untuk kembali pada lembah kemaksiatan. Bulir bening kebahagiaan ini terus terisak kala cahaya itu menyergap dari segala arah…sungguh indah. Disaat petunjuk itu menjelma menjadi sebuah keindahan sehingga mampu menghapus luka kedzoliman. Cahaya itu sejuk mengisi relung – relung hati, ia bagai mata air yang menyirami, menyapu debu nista yang selama ini lekat dipermukaan hati. “Ihdina shirathal mustaqim”
Luka itu akan terus mengiris jika tiada taqwa dalam diri. Luka itu akan terus melebar dan menyebar disaat tiada penawar kejernihan hati, kesadaran untuk berubah, ikhtiar dan tawakal kepada Allah. Jika kemaksiatan, iri, dengki, cinta dunia, dsb masih lekat mengisi hari – hari kita maka kita akan jauh dari pertolonganNya dan sangat jauh dari ridhoNya. Dan lihatlah, luka itu akan semakin parah dan sia – sia semua yang kita lakukan.
Suatu hari terjadi satu pertempuran diantara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua belah pihak berjuang untuk mendapatkan kemenangan. Setelah pertempuran selesai mereka kembali ke markas masing – masing. Disana Nabi Muhammad dan para sahabat telah berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah berlalu. Dalam perbincangan itu, mereka sangat kagum kepada salah satu sahabat yang bernama Qotzman. Ketika bertempur dengan musuh, dia seperti singa yang sangat lapar menerkam mangsanya. “ Tidak seorangpun dari kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman,”kata seorang sahabat.” Mendengar perkataan itu Rasulullah berkata,” Sebenarnya dia itu adalah termasuk golongan penduduk neraka.”
Para sahabat menjadi heran mendengar jawaban Rasulullah. Rasulullah tahu para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas beliau berkata, “ Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama – sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala pedang itu dihadapkan ke dadanya, lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya.”
Dia melakukan itu karena tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dideritanya. Akhirnya dia mati bukan karena musuh tapi karena dirinya sendiri. Melihat keadaannya yang parah banyak orang yang mengira bahwa dia akan masuk syurga. Tapi dia telah menunjukan bahwa dirinya adalah penduduk neraka.”
Menurut Rasulullah SAW sebelum Qotzman mati dia mengatakan, “ Demi Allah aku berperang bukan karena agama tetapi hanya sekedar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh Kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak karena itu, aku tidak akan berperang.”
Lihatlah cerita diatas sungguh sia – sia pengorbanan yang dilakukan Qotzman. Jasadnya terluka, hatinya pun lebih terluka karena niatannya keruh, dia berjuang, berperang, berkorban bukan untuk Dzat yang menggenggam jiwanya. Dan luka itu terus dia bawa sampai ajal menjemputnya. Keindahan itu akan melingkupi tatkala keikhlasan, kejernihan hati untuk mengobati luka itu selalu dihadirkan. Taqwa adalah jalan menuju keindahan itu. Jalan hidayah. Jalan yang berselimutkan cahaya rahmahNya. Taqwa akan mampu membentengi, mencegah kita dari perbuatan nista, menghadangi dari perkara yang mendatangkan luka. Taqwa akan mengembalikan mereka pada petunjuk Allah dan kebenaran yang ada. Allah berfirman,“ Sesungguhnya orang – orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was – was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan – kesalahanya.” ( QS. Al A’raf: 201)

Lihatlah, Keindahan itu berbuah…!
Keimanan yang benar menjadikan perjalanan hidup umpama sebuah kisah cinta; kesetiaan dan pengorbanan menukar ujian pahit menjadi suatu kenangan manis, kesabaran menjadikan segala beban yang ditanggung ringan dan mudah, keyakinan pada janji – janji Allah menjadikan jiwa tenang meskipun perjalanan begitu sukar dan dalam luka yang terus mendera. Kaki inipun akan semakin mantap melangkah dalam mengarungi samudra kehidupan. Sigap dalam menghadapi gelombang dan badai ujian. Dan itulah yang sangat erat dirasakan oleh generasi para sahabat yang pada zamannya adalah zaman paling baik. Cobaan terus mengepung dari berbagai arah. Tapi para sahabat mempunyai perisai kesabaran dan keimanan sehingga menjadikan zaman itu berlimpah rahmah dan pertolongan dari Allah. “ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti ( yang dialami) orang – orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang ( dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang – orang yang beriman bersamanya berkata, “ Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”
Pepatah mengatakan; Seribu jalan menuju Mekkah. Ada banyak jalan pula kita menjadi manusia yang baik dan berguna. “ Khairunnas anfa’uhum linnas”. Sebaik – baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Menjadi beriman adalah pilihan. Allah telah membentangkan dua jalan. Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha. Fujur itulah jalan yang akan menenggelamkan kita pada lembah nista dan menimbulkan luka. Neraka. Adzab Allah yang amat pedih. Taqwa adalah jalan keselamatan yang akan membawa kita pada akhir yang sangat indah. Syurga. Perjumpaan denganNya yang selama ini kita rindukan.
Keindahan yang sesungguhnya itu adalah petunjuk Allah yang berbuah iman dan taqwa yang memiliki daya cinta luar biasa. Mahabbatullah adalah perjuangan keras dan membutuhkan pengorbanan. Keindahan itu mengalir menjernihkan yang keruh, ia datang menjadi penawar luka yang ada, menenangkan kegelisahan yang menyiksa…Allahu Akbar. Begitu luar biasa. Keimananpun menang. Hanya ada cinta dan pengorbanan untukNya semata. “ Sesungguhnya Allah membeli dari orang – orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan membelikan syurga untuk mereka…”
Hanya orang yang istimewalah yang pantas mendapatkan syurga. Semoga kita kita termasuk golongan orang yang istimewa tersebut. Sembuhkan luka itu dengan hidayah yang telah Dia berikan. Jangan biarkan luka itu semakin bertambah parah. Jemput keindahan itu, hadirkan ia, dan hiasi hari – hari kita dengan amal sholeh. Maka luka itu akan terkikis dengan sendirinya seiring keimanan kita yang terus pasang dan pantang untuk surut…insyaAllah.” Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS.Ali Imran: 8)
Taqwa kan terangkum dalam jiwa, tergerak dalam amal dan perbuatan, tersampaikan dari lisan dengan penuh kelembutan…ialah yang mampu menenggelamkan deretan luka yang terus menghantui diri. Ia akan mencairkan kebekuan hati, menghapus kesedihan menjadi kebahagiaan, melerai permusuhan menjadi persaudaraan, membakar kelemahan menjadi sebuah kekuatan tuk hadapi ujian serta kabar gembira dari Allah SWT..La khaula wala quwwata ila billah.

Anggi Fatonah/ Anggifa Al Mumtazah